Dalam Pikiran Yang Masih Setengah Sadar

Setiap pagi, setelah bangun dari sesaat kematian, saya mengumpulkan nyawa yang berceceran di ladang mimpi, dan kerap bertanya dalam hati; Apa kenyataan hari akan berbeda dari sebelumnya? Setiap pagi, sebelum mengunjungi kamar mandi, saya memetik beberapa mimpi indah, lalu memastikannya lekat tersaji di kepala, biar tak hilang ketika saya mencuci muka. Mungkinkah ini akan berhasil, … Continue reading

Senja Dan Sebuah Parodi Kehilangan

Seseorang mendapati dirinya; tengah berperan di panggung senja. Dari satu sudut ke sudut lain, di hampar langit merah tembaga. Penuh antusias, Dia mengikuti cerita yang sedang dikisahkan. Matanya tak berkedip, dari satu babak ke babak lain. Semua terasa begitu nyata. Beberapa kali, angin berusaha merusak tatar rambutnya. Namun tak sekalipun dia pedulikan. Cerita itu telah … Continue reading

Ada Yang Bercerita Dalam Kepala Saya Di Senja Hari Ini.

Hari ini, saya merasakan senja begitu semarak. Seseorang bermain-main dalam kepala saya dengan gaduhnya; membuka laci-laci ingatan, mencari-cari catatan lama tentang diri saya. Dia berpindah dari satu laci ke laci lain, mungkin mencari catatan tentang dirinya. Mata saya menerawang jauh ke langit, menuju akhir batas pandangan. Berharap dengan sekejap akan dapat sampai ke sana. Meninggalkan … Continue reading

Malam Sejuk Silam Merajuk

Angin malam meniup sejuk, berbisik lembut bagai sajak. Sebuah cerita hendak dia kabarkan; cerita yang sudah lama saya kuburkan. Dia pun berkisah, tentang dirinya yang tak lagi berkasih. Cintanya patah; sebab takdir menuntutnya patuh. Ada beda yang nyata tersirat, hingga cinta urung tersurat. Kemana lagi dia kan mencari, ataukah dia harus mencuri? Juru selamat, biar … Continue reading

Pikiran Saya Sedang Bermain Petak Umpet Dengan Waktu

Malam masih terlalu dini untuk dilelapkan. Pikiran saya pun masih asyik bermain petak umpet dengan waktu. Lagu-lagu lama yang mengalun pelan dari komputer jinjing, segelas kopi dan beberapa batang rokok menjadi teman, seraya menunggu pikiran saya pulang kepada akalnya. Saya tak ingin sekadar berdiam diri. Pikiran itu kembali mengingatkan saya pada seseorang. Hingga membuat saya … Continue reading

Jawaban Untuk Pesanmu Di Senja Ini

Sebuah pesan pendek darimu. Saya baca dengan penuh debar, dan perasaaan tak menentu. Ada gundah tertulis di sana, tentang rumitnya hati yang tengah kamu alami saat ini. Hey, Nona! Tengoklah saya sebentar saja. Tidakkah kamu mengetahui; hati saya bukannya sedang baik-baik saja. Namun seperti biasa, saya tidak pernah bisa memuntahkan semua kepadamu. Saya hanya memendamnya … Continue reading

Telur Untukmu

Kuterima pemberianmu; telur paskah-ku yang pertama. Berwarna merah jambu, berhiaskan seutas pita. Kenapa? tanyaku sedikit heran. Perlukah kamu bertanya? jawabmu penuh kelembutan Tak puas, aku bermaksud kembali menyela. Kau mencegah dengan lugas, lewat sebuah ciuman yang tanpa jeda. Ingatlah akan hari ini, bisikmu di telingaku. Tentang aku yang mencintai, dirimu dengan segala aku. Sekarang, aku … Continue reading

105 Menit

Pukul tujuh tiga puluh Aku duduk seraya berteduh Pukul tujuh empat lima Apakah kau masih lama Pukul delapan tepat Waktu berlalu cepat Pukul delapan lima belas Aku masih menunggu kau membalas Pukul delapan tiga puluh Aku hancur dan berpeluh Pukul delapan empat lima Jawabmu masih sama Pukul sembilan tepat Dirimu tak juga kudapat. Pukul sembilan … Continue reading

Siapakah Kamu?

Siapakah kamu? Gadis yang selalu bermenung dalam pikiranku. Siapakah kamu? Gadis yang selalu bernaung dalam sepiku. Siapakah kamu? Siapakah kamu? Lama aku memperhatikan Hingga akhirnya kini mempertanyakan Siapakah kamu? Aku merasa mengenalmu Namun tidak terlalu Kau serupa dengan dia yang dulu Seseorang dari masa lalu Siapakah kamu? Kau kah itu? Aku pernah mencintainya Dan terluka … Continue reading

Salah Siapa?

Lelaki itu memeluk dari belakang. Si gadis tersenyum; bersandar di dadanya. Perasaanku tak menentu ketika menyaksikannya. Aku tak suka situasi ini. Kemesraan mereka membuatku marah. Namun aku tak bisa berbuat apa-apa. Hanya berusaha tetap tersenyum. “Kau tampan sekali, Sayangku.” Ujar si gadis dengan mesranya. Aku bergidik mendengarkan. Lelaki itu kian merapatkan pelukannya, seolah tak ingin … Continue reading